Jumat, 18 Februari 2011

IMPLEMENTASI TEORI PEMBELAJARAN PIAGET PADA FISIKA


Fisika sebagai salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya (Wospakrik, 1994 : 1). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang ada di dalamnya. Ilmu fisika dapat membantu untuk menguak dan memahami tabir misteri alam semesta ini (Surya, 1997: 1).

Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematika dan pengetahuan sosial. Tidak semua pengetahuan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dari contoh yang dikemukakan oleh Piaget yaitu pengetahuan sosial seperti nama hari, tanda atom dan lambang matematika dapat dipelajari secara langsung. Tetapi pengetahuan fisik dan logika matematika tidak dapat ditransfer secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa tetapi harus dibangun di dalam pikiran siswa sendiri sebagai usaha keras siswa untuk mengorganisasi pengalaman-pengalamannya dalam hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada sebelumnya ( De Vries and Zan, 1994 : 193-195 ; Bodner, 1986 : 2 ; Dahar, 1988 : 192 ).

Penerapan model belajar konstruktivis dari Piaget menyatakan bahwa siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.Dengan bantuan struktur kognitif ini, siswa menyusun pengertiannya mengenai realitasnya. Struktur kognitif senantiasa harus disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungannya. Siswa tidak secara pasif menerima realitas-obyektif yang diterimanya. Siswa berpikir aktif serta  mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya (Piaget, 1988 : 60).

Piaget juga berpendapat Pengetahuan diperoleh  dari tindakan. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka. Dalam pembelajaran fisika, guru hadir sebagai fasilitator bagi siswa dalam mengkonstruksi pemahaman pengetahuannya. Belajar fisika dapat menjadi daya tarik siswa jika penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari mental maupun fisik dan bersifat nyata (kontekstual).
Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

Sebagai contoh , jika diperhatikan dengan seksama konsep-konsep yang ada dalam materi fisika di SLTP sebagiannya akan ditemukan konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Agar siswa dapat  memahami materi tersebut dengan lebih bermakna maka diharapkan siswa sudah memiliki penalaran formal. Piaget menyatakan bahwa anak-anak dianggap siap mengembangkan konsep khusus jika memperoleh skemata yang diperlukan. Hal ini berarti anak-anak tidak  dapat belajar (tidak dapat mengembangkan skemata) jika tidak memiliki keterampilan kognitif. Artinya proses belajar mengajar menjadi terhambat bila penalaran formal siswa tidak sesuai dengan yang diperlukan.

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan implementasi model konstruktivis dalam pembelajaran fisika. Sadia (1996: 211) melakukan studi dengan menerapkan model belajar konstruktivis dalam pembelajaran konsep energi, usaha dan suhu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pengembangan model belajar konstruktivis. Penelitian ini menggunakan konflik kognitif sebagai strategi pengubahan miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah yang berpijak pada teori konstruktivis Piaget dan menggunakan metode diskusi yang berpijak pada teori konstruktivis Vygotsky. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa model belajar konstruktivis memiliki keunggulan komparatif terhadap model belajar konvensional dan tidak adanya efek interaksi yang signifikan antara inteligensi dan model belajar.

  
ANALISIS USIA PADA JENJANG PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI PADA TAHAP TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Disini peserta didik sudah masuk pada Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage). . Selama operasi-operasi berpikir formal, pemikiran membumbung tinggi ke wilayah abstrak murni dan hipotesis. Kemampuan bagi penalaran abstrak bisa dilihat pada respon-respon kepada pertanyaan-pertanyaan.  Mampu berinteraksi dengan lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Sehingga setiap individu dapat membangun sendiri pengetahuannya.

Pada usia jenjang ini merupakan tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika, dapat  mengorganisasi pengalaman-pengalamannya dalam hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada sebelumnya serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatnya meliputi pengetahuan fisik serta pengetahuan logika-matematika.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pada proses tahap ini masih terjadi kendala-kendala atau miskonsepsi. Tapi Miskonsepsi ini tidak muncul secara terus menerus yang dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah, berbeda dengan tahap-tahap yang sebelumnya dimana Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang bersifat abstrak (tak berwujud). Dan disinilah Mahasiswa dianggap sudah mampu membangun konsep ilmiah yang komplek terutama yang bersifat abstrak dalam setiap kegiatan pembelajarannya.

0 komentar:

Posting Komentar